POPULAR STORIES

Harga BBM Tinggi, Tapi Kualitasnya Masih Rendah

Harga BBM Tinggi, Tapi Kualitasnya Masih Rendah Ilustrasi SPBU Pertamina (foto: Bimo)

Walau harga minyak mentah dunia terus rendah  di angka US$ 33,07 per barel (WTI), namun harga bensin di Indonesia tetap tinggi. Kualitasnya pun dipertanyakan.
Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) mempertanyakan pemerintah yang abai menyesuaikan harga BBM ketika harga crude oil terus turun.

"Kenapa harga minyak mentah yang turun ini tidak berimplikasi langsung kepada harga retail bensin yang diperjualbelikan di Indonesia?" katanya.

Ia pun membandingkan harga-harga bensin di negara tetangga yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan harga BBM di Indonesia. "Di Malaysia itu sudah turun, bensin RON 95 harganya 1,75 ringgit atau Rp 6.250 (per liter)," terangnya. RON 95 di Malaysia termasuk BBM kategori 2 menurut World Wide Fuel Charter (WWFC).

"Dan RON 95-nya itu bukan RON 95-nya Pertamax Plus tapi RON 95 yang digunakan untuk kendaraan berstandar Euro 4," sambung Ahmad Safrudin seraya menerangkan kalau Pertamax Plus hanya berstandar Euro 2. Demikian pula di Australia, dalam setahun  dari Desember 2014 hingga Desember 2015 membeli bensin RON 95 dari Bursa Minyak Singapura pada harga rata-rata A$ 0,55 per liter atau Rp 5.500 per liter. "Bahkan harga itu telah turun ke angka A$ 0,5 per liter atau Rp 5.000 per liter," terangnya.

"Sementara bensin kita Premium RON 88 yang tak berkelas alias tak masuk sebagai kategori 1 menurut WWFC dan tak memenuhi standar Euro 1 pun, diberi harga Rp 6.950 per liter," bebernya. Menurut hitungan Ahmad Safrudin, harga bensin Premium sekarang seharusnya senilai Rp 3.800 per liter, setelah dihitung semua biaya plus alpha atau keuntungan Pertamina.

Ahmad Safrudin pun mempertanyakan apakah penetapan harga bensin di Indonesia ini sebagai sebuah kebohongan publik atau manipulasi. "Ini membebani masyarakat. Konsumen harus membayar dengan harga yang lebih mahal dengan kualitas bensin yang dia terima," jelasnya. "Ini harga internasional, kualitas lokal," tegas Ahmad Safrudin.

Karena itu Ahmad Safrudin merekomendasikan agar pemerintah menerapkan kebijakan harga BBM secara konsisten dan fair. "Jangan hanya peduli dan begitu cekatan untuk menaikkan harga BBM ketika crude oil harganya naik. Sebaliknya, pura-pura bodoh dan keukeuh tak mau menyesuaikan harga bensin ketika harga crude oil anjlok seperti yang terjadi saat ini," paparnya.

KPBB pun mengusulkan agar pemerintah menghentikan produksi dan penjualan bensin Premium 88, Pertalite 90 dan Solar 48 yang kualitasnya rendah. Dan menggantinya dengan bensin RON 91 dengan harga Rp 6.325 per liter, bensin RON 95 dengan harga Rp 6.950 per liter, dan Solar 51 dengan harga Rp 5.690 per liter.

Baca juga :