Sejarah Mesin

Red Bull Racing (RBR) resmi memulai debut di ajang Formula 1 pada tahun 2005 dengan memakai mesin Cosworth. Di musim yang sama, RBR mampu finish di posisi ke-6 klasemen konstruktor.

Semusim berselang, RBR berupaya membangun kekuatan yang konsisten di F1, salah satunya adalah memakai mesin dari Ferrari. Selain itu, manajemen juga mendatangkan insinyur dan ahli aerodinamika mobil F1, Adrian Newey dan Peter Prodromou dari tim McLaren.

Hasilnya mulai terlihat ketika RBR akhirnya meraih podium pertamanya di GP Monaco, saat David Coulthard finish di posisi ketiga.

Kontroversi terjadi ketika RBR memutuskan mengganti pemasok mesin mereka yang awalnya Ferrari ke Renault di pertengahan musim, tepatnya 7 Agustus 2006. Masalah timbul saat kontrak dengan Ferrari masih tersisa satu musim lagi (2007), namun akhirnya diputuskan bahwa sisa kontrak mesin dengan Ferrari akan dipindahtangankan ke tim adik mereka yaitu Scuderia Toro Rosso.

Red Bull Racing memulai debutnya menggunakan mesin Renault dan sasis terbaru karya Adrian Newey pada awal musim 2007. Walaupun terbilang sebagai sasis yang baik dari segi aerodinamika, mobil Red Bull musim 2007 masih kalah reliable dibanding para pesaingnya, dan hasil akhir klasemen untuk RBR di musim 2007 adalah pos kelima dengan koleksi 24 poin.

Sebelas musim berselang, Red Bull Racing hingga kini nyatanya masih setia memakai mesin milik Renault. Meski sempat beredar rumor pada awal 2018, tim yang bermarkas Milton Keynes, Inggris itu akan memakai mesin milik Honda.

Musim ini, RB14 dibekali mesin Renault dengan kapasitas 6 silinder-1.600 cc dipadu transmisi 8-percepatan dengan sistem hidrolik untuk power shift.

Dengan berat 145 kg, RB14 mampu melaju dengan kecepatan maksimal pada 15.000 RPM/900 dk. Untuk pelumas, RB14 menggunakan oli mesin EXXON Mobil.

Lanjut Baca lagi