Wuling Bersiap Luncurkan Dua Mobil MPV di Indonesia


Wuling Baojun 730
SAIC General Motors Wuling Indonesia (SGMW) tak lama lagi bakal meluncurkan secara resmi dua varian mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) di Indonesia. Perusahaan patungan antara General Motors (Amerika Serikat) dan Wuling Motors (Tiongkok) itu mengagendakan launching kedua produk MPV-nya pada semester II tahun ini.
Kedua mobil MPV yang akan diluncurkan itu adalah Wuling Hongguang S1 dan Wuling Baojun 730. Prototipe kedua MPV ini sebelumnya sudah dipamerkan di ajang Gaikindo Indonesia International Motor Show (GIIAS) 2016 pada Agustus silam.
“Kami ingin coba mendobrak pasar MPV di Indonesia sebagai bukti keseriusan kami untuk mendapatkan pangsa pasar di sini. Apalagi produk MPV kami ditawarkan dengan harga yang lebih terjangkau dibanding MPV asal pabrikan Jepang,” ungkap Presiden SGMW Motor Indonesia, Xu Feiyun, belum lama ini.
"Kami juga sudah punya pabrik perakitan dan komponen di Grenland International Industry Cikarang, Jawa Barat. Ini yang membuat kami punya banyak opsi untuk menekan harga penjualan dan meningkatkan daya saing di pasar,” sambungnya lagi.
Keberadaan pabrik di Indonesia, masih kata Feiyun, secara otomatis juga menguatkan garansi dan komitmen SGMW untuk melayani purna jual. Konsumen mobil Wuling di Indonesia tak perlu lagi mengkhawatirkan hal tersebut. Apalagi SGMW sudah menargetkan untuk mendirikan 50 diler di Indonesia di tahun 2017.
“Kami punya komitmen kuat untuk melayani purna jual mobil Wuling. Mobil produksi kami di Cikarang juga menjadi komoditas ekspor untuk kawasan ASEAN,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, mengatakan pihaknya menyambut baik keseriusan dan komitmen SGMW untuk membidik pasar MPV tanah air.
Terlebih harga produk yang ditawarkan juga lebih murah dan membuat masyarakat punya lebih banyak opsi untuk memiliki mobil MPV.
“SGMW punya peluang untuk mendapatkan potongan ‘kue’ di pasar otomotif MPV Indonesia. Yang penting sabar dan terus berusaha menjaga komitmen. Butuh waktu soalnya karena stigma masyarakat terhadap kendaraan Tiongkok kualitasnya kurang bagus. Kasus mocin (motor cina) dulu jadi referensinya,” demikian Kukuh.