Ketika mengakses kokpit, akan disapa oleh kebaruan layar cluster digital berukuran 10,2 inci, bukan lagi satu bulatan, namun dua bulatan. Banyak informasi tentang mobil di sana, seperti kapasitas dan sisa jarak tempuh, ada penunjuk regenaratif. Oh iya, untuk mendapatkan posisi berkendara, dapat diatur dengan elektrik.Tapi tangan langsung mengarah ke setelan Drive Mode yakni Sport. Lainnya ada Eco dan Normal, tentunya dua ini lebih efisien dalam penggunaan tenaga baterai. Selain itu, karena panasnya sirkuit saya coba mengaktifkan pendinginan di sandaran jok. Memang ada perubahan di ruang kokpit ini, seperti layar sentuh 8 inci yang juga menginfokan beberapa detail kendaraan dan hiburan. Kisi AC tak lagi bentuk gril horisontal, namun berbentuk lubang pembakaran jet.
Selebihnya, masih sama, tak ada tuas transmisi di sini. Bila ingin melaju cukup tekan tombol D dan melepas Electric Parking Brake. Begitu juga dengan mode mundur cukup tekan R dan parkir menekan P.Selepas kibasan bendera dari marshall untuk masuk ke lintasan, senyap meluncur tanpa deru mesin. Hanya ada suara ban, gemericik kerikil dan empasan angin di kaca depan yang menginterupsi kabin. Tapi hal tersebut sepertinya langsung teralihkan dengan kekuatan sentakan torsi yang mencapai 395 Nm. Yup, setara dengan mesin 2.000 cc didukung turbo atau mesin V6 berkapasitas 3.600 cc non induksi.
Motor listrik Permanent Magnet Synchronous Motor (PMSM) yang diusung oleh Kona Electric ini mampu kerahkan tenaga setara 134 dk. Oh iya, baterai Lithium-ion Polymer ini memiliki kapasitas penyimpanan 39,2 kWh.Meski gerak roda depan, tapi Kona Electric ini bisa bermanuver dengan baik. Bahkan akurasi kemudi juga dibantu oleh Electronic Stability Control (ESC), membuat Kona Electric bisa kembali ke lintasan.