F1 Singapura Bisa Kuras Bobot Pembalap 5 Kg, Intip Persiapan Tim Mercedes-AMG Petronas F1
KabarOto.com - Tim Mercedes-AMG Petronas F1 bersiap menghadapi salah satu tantangan terberat musim ini, Grand Prix Singapura 2025 di sirkuit jalan raya Marina Bay yang legendaris, akhir pekan ini (3-5 Oktober).
Menyusul hasil solid di Azerbaijan, Team Principal dan CEO Toto Wolff menekankan bahwa timnya harus mencapai kinerja maksimal untuk mempertahankan posisi kedua di Klasemen Konstruktor F1 2025.
Dalam pernyataannya, Wolff mengakui Singapura dan Baku memiliki kesamaan sebagai balapan jalanan, namun perbedaan tantangannya sangat mencolok.
"Meskipun kami senang kembali ke podium di seri sebelumnya, dan kembali ke posisi kedua di Klasemen Konstruktor, kami tahu betapa ketatnya persaingan saat ini," ujar Wolff.
Baca Juga: McLaren Ingin Kunci Gelar Konstruktor di F1 Singapura 2025
Adapun Wolff memastikan siap tampil maksimal setiap akhir pekan jika ingin berjuang untuk hasil positif lebih lanjut dan mempertahankan posisi tersebut.
Wolff menyoroti faktor kunci yang membuat Marina Bay begitu unik dan menuntut yakni kondisi ekstrem.

"Sirkuit di Singapura lebih ketat dan lebih teknis dibandingkan dengan tata letak kecepatan tinggi di Azerbaijan. Namun, mungkin perbedaan terbesar adalah kondisinya," jelas Wolff.
Meskipun balapan pada malam hari, panas dan kelembapan Singapura menuntut performa tinggi dari mobil dan pembalap.
“Mengelola dan mengoptimalkan hal tersebut adalah persyaratan utama akhir pekan,” tegas dia.
Balapan Singapura dikenal sebagai salah satu yang paling menguras fisik. Kombinasi kelembapan yang intens dan sifat sirkuit yang stop-and-go membuat pembalap dapat kehilangan sekitar 5 kg berat badan hanya karena keringat.
Dari sisi mobil, sifat stop-start yang membutuhkan akselerasi konstan menjadikan sirkuit ini memiliki salah satu efek bahan bakar terbesar sepanjang tahun. Artinya, setiap kilogram bahan bakar ekstra akan sangat merugikan waktu putaran.
Dengan lebih dari 50% waktu putaran dihabiskan di tikungan, Singapura menjadi salah satu sirkuit dengan persentase full throttle terendah (hanya Monako dan Meksiko yang lebih rendah).
Baca Juga: Max Verstappen Akui Butuh Performa Sempurna di 7 Balapan Terakhir untuk Kejar Gelar Juara Dunia
Tingkat evolusi trek juga sangat tinggi di sirkuit jalan raya ini, di mana permukaan lintasan dapat meningkat sebanyak tiga detik antara sesi Latihan Bebas 1 (FP1) pada hari Jumat dan Kualifikasi pada Sabtu malam.
Mercedes memiliki sejarah yang kuat di Marina Bay, setelah meraih empat kemenangan di sirkuit jalan raya tersebut. Tiga kali melalui Lewis Hamilton (2014, 2017, 2018) dan sekali melalui Nico Rosberg (2016).
Namun, dengan tata letak sirkuit yang telah dipersingkat pada tahun 2023 (dari 5,063 km menjadi 4,928 km) dan menghilangkan empat tikungan 90 derajat, tim harus cepat beradaptasi dengan karakter baru yang lebih cepat dan ramah ban tersebut.
Wolff menegaskan fokus tim untuk Singapura dan enam balapan tersisa menjelang akhir musim adalah "memberikan yang terbaik" dan terus bersaing di barisan depan.
Baca Original Artikel