Faktor Ini Mempengaruhi Tim-tim Formula 1 Sulit Tampil dengan Performa yang Stabil

Pradia Eggi Kamis, 10 Oktober 2024

KabarOto.com - Dulu, tim Formula 1 bisa yakin bahwa setiap peningkatan yang mereka temukan di terowongan angin akan langsung berfungsi di lintasan balap, membuat mobil melaju lebih cepat.

Namun, sejak aturan ground effect kembali pada tahun 2022, semuanya berubah. Tambahan downforce (gaya tekan ke bawah) tidak lagi otomatis membuat waktu putaran jadi lebih cepat, yang sebelumnya menjadi kunci keberhasilan di balapan.

Sekarang, setelah tiga tahun aturan ini berlaku, tim mulai mencapai batas kemampuan maksimal mobil mereka. Ironisnya, justru di saat ini ketidakpastian semakin banyak.

Hasil pengujian yang terlihat baik di terowongan angin sering kali tidak sesuai dengan performa nyata di lintasan, seperti yang dialami McLaren di Grand Prix Miami baru-baru ini.

Kejutan Tak Terduga di Musim Balap

Musim ini, beberapa tim mengalami masalah yang tidak terduga setelah melakukan peningkatan pada mobil mereka. Ferrari, misalnya, mengalami kembali masalah pantulan pada lintasan cepat, sementara Aston Martin dan Red Bull menghadapi masalah keseimbangan yang serius.

Mercedes juga tidak terlepas dari ketidakpastian setelah perubahan pada lantai mobil di Spa.

Meskipun teknologi dan pengetahuan pengembangan mobil saat ini jauh lebih canggih dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Daftar Nama Pembalap Juara Dunia Tertua dalam Sejarah Formula 1

Tantangan Uji Coba dan Ride Height

Luca Furbatto, direktur teknik Aston Martin, menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah mobil generasi baru yang sangat sensitif terhadap ketinggian pengendaraan, terutama ketika sangat dekat dengan tanah.

"Anda harus berlari sangat dekat dengan tanah, tetapi sulit untuk mengujinya di terowongan angin," kata Furbatto. Di sini, masalah besar tim terungkap hasil dari terowongan angin yang terlihat menjanjikan belum tentu memberikan hasil yang sama di lintasan.

Masalah ini muncul karena ground effect sangat bergantung pada ketinggian mobil dari permukaan lintasan. Saat mobil semakin dekat ke tanah, gaya tekan (downforce) meningkat hingga mencapai titik di mana downforce bisa hilang tiba-tiba jika mobil terlalu rendah. Di sinilah tim harus bermain hati-hati, mencari titik optimal tanpa mengorbankan performa.

Baca Juga: Menilik Sejarah Sepatu Balap Puma Speedcat, dari Trek Formula 1 Jadul Sampai Diincar Gen Z

Simulasi yang Terbatas

Kesulitan ini diperparah oleh keterbatasan simulasi di terowongan angin. F1 saat ini membatasi skala model mobil hingga 60%, dengan kecepatan angin maksimum 180 km/jam.

Namun, masalah sesungguhnya terjadi pada kecepatan lebih tinggi, mendekati 321 kpj, sehingga simulasi tidak bisa sepenuhnya akurat. Ini memaksa tim untuk melakukan perkiraan dalam menerapkan perubahan di lintasan.

Simone Benelli, kepala aerodinamika Haas, mengakui bahwa simulasi sering kali hanya memberikan gambaran kasar. “Segalanya adalah simulasi, dan prediksi ini tidak selalu tepat,” kata Benelli. Tim memang berusaha keras untuk mengantisipasi masalah, tetapi tetap saja ada faktor-faktor yang tidak bisa diprediksi.

Baca Juga: Di Belakang Garis Start: Red Bull Digeser McLaren, Bearman Cetak Sejarah Baru di Formula 1

Tantangan yang Tak Pernah Berakhir

Tantangan ini tidak hanya dialami oleh tim-tim papan tengah. Bahkan tim sebesar McLaren, yang terlihat berhasil melewati beberapa masalah, mengakui bahwa mereka masih berurusan dengan pantulan (porpoising) di beberapa balapan.

Rob Marshall, kepala desainer McLaren, menjelaskan bahwa masalah pantulan masih menjadi ancaman bagi performa maksimal mobil, bahkan ketika terlihat stabil.

Baca Juga: 6 Pembalap Muda di Formula 1 Musim 2025

Meski aturan ini sudah berjalan beberapa tahun, masih ada batasan dalam hal apa yang bisa dicapai oleh para ahli aerodinamika. "Ini seperti mengorek-orek bagian bawah toples untuk mendapatkan sisa waktu putaran," ujar Marshall. Saat ini, setiap tim berusaha sekuat tenaga untuk menemukan sedikit peningkatan yang tersisa, tetapi itu semakin sulit.

Bagikan

Baca Original Artikel