Ingin Meminang Opel Blazer? Simak Dulu Penyakit Khasnya Agar Tidak Keluar Uang Banyak

Alif Al Tsaqif 2 jam, 57 menit lalu

KabarOto.com - Opel Blazer merupakan sport utility vehicle (SUV) ladder frame yang dipasarkan di Indonesia mulai 1996 hingga 2006. Pada masa itu, model ini menjadi salah satu pilihan menarik di segmen SUV keluarga.

Berkompetisi dengan Toyota Kijang Kapsul dan Nissan Terrano, Opel Blazer dikenal menawarkan kenyamanan yang sangat baik berkat suspensi yang empuk, kabin yang kedap suara, serta karakter pengendalian yang stabil dan tidak mudah limbung.

Baca Juga: Test Konsumsi Bahan Bakar Opel Blazer DOHC 1996, Ternyata Irit!

Opel Blazer Montera Sport 2002

Meski demikian, usia kendaraan yang sudah jauh dari baru membuat beberapa komponen memiliki potensi masalah. Calon pembeli disarankan mengetahui karakteristik “penyakit” khas Opel Blazer agar tidak terkaget dengan biaya perbaikan yang mungkin timbul setelah membeli mobil ini.

Ball Joint Lemah

Masalah yang paling sering ditemukan pada Opel Blazer adalah ball joint bawaan pabrik yang cenderung ringkih, terutama pada mobil-mobil dengan usia pakai lebih dari dua dekade. Material ball joint disebut tidak sekuat versi Chevrolet S10 di Amerika Serikat, sehingga ketika sudah aus roda dapat terasa tidak stabil bahkan berpotensi copot apabila dibiarkan.

Baca Juga: Solusi Perbaiki AC yang Kurang Dingin pada Mobil Opel Blazer 1996 - 2006

Opel Blazer Facelift 1999

Karena sifatnya yang mudah rusak, banyak pemilik melakukan substitusi menggunakan ball joint Toyota Kijang Innova atau memadukan dengan suspensi Colt PS100 yang dikenal lebih kuat. Harga ball joint aftermarket berada di kisaran Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per pasang, sehingga menjadi modifikasi yang cukup umum dilakukan.

“Ball joint bawaannya cukup ringkih apabila sudah berumur, karena bahannya mengalami penurunan kualitas dibandingkan Chevrolet S10 Blazer asli Amerika. Di Indonesia biasanya diakali menggunakan ball joint Kijang Innova dengan sedikit modifikasi dudukan serta suspensi Colt PS100,” ujar Davit Susanto, Pemilik Bengkel Intro Autoworks Spesialis Chevrolet dan Opel.

Paking Head yang Ringkih

Paking head Opel Blazer juga memiliki usia pakai yang relatif pendek. Komponen ini idealnya diganti setiap 150.000 kilometer untuk mencegah kebocoran kompresi. Jika paking head mulai melemah, gejala awal biasanya berupa air radiator yang cepat habis, mesin brebet saat di-starter pagi, hingga potensi overheat apabila terus dipaksakan.

Dalam kondisi parah, masalah ini dapat menyebabkan oli bercampur dengan air atau dikenal dengan istilah “kopi susu”. Selain itu, penggunaan air biasa pada radiator membuat silinder head menjadi lebih rentan keropos, sehingga coolant sangat disarankan untuk menjaga durabilitas mesin. Harga paking head berada di kisaran Rp 800.000, belum termasuk biaya pemasangan.

Baca Juga: Nostalgia Opel Blazer, SUV Ladder Frame yang Berjaya di Masanya Kini Harganya Terjangkau

Silinder Head Opel Blazer DOHC

Memang paking head usianya agak pendek, yaitu setiap 150.000 kilometer harus diganti. Jika tidak, dapat terjadi rembesan dan kompresi menyeberang. Biasanya gejalanya adalah mesin brebet saat di-starter pagi karena ada air yang masuk ke ruang bakar dan air radiator cepat habis. Jika terus dipaksakan, kondisi ini bisa menyebabkan oli bercampur air atau kopi susu,” jelas Davit Susanto.

Material Dashboard yang Mudah Rusak

Produk General Motors pada era 1990-an memang dikenal memiliki material plastik interior yang kualitasnya tidak terlalu baik, termasuk pada bagian dashboard Opel Blazer. Jika mobil terlalu sering dijemur di bawah sinar matahari langsung, dashboard dapat mengalami pemudaran warna, permukaannya mengangkat, hingga muncul retakan-retakan halus.

Baca Juga: Intro Auto Works, Bengkel Spesialis Chevrolet di Jakarta Selatan

Dashboard Opel Blazer rawan rusak jika sering terjemur sinar matahari

Seiring bertambahnya usia kendaraan, bunyi rattle dari dashboard juga kerap muncul karena banyak kancing pengikat yang getas dan patah. Untuk menjaga agar dashboard tetap awet, pemilik disarankan menggunakan pelindung dashboard berbahan karpet atau bahan anti-UV serta menghindari parkir di bawah terik matahari dalam waktu lama.

Usia Timing Belt Mesin DOHC

Opel Blazer hadir dengan pilihan mesin DOHC dan SOHC, namun varian DOHC memiliki perhatian khusus pada usia timing belt. Komponen ini wajib diganti setiap 30.000 kilometer untuk mencegah putus di tengah penggunaan. Pada mesin DOHC, timing belt yang putus dapat menyebabkan klep bertabrakan dengan piston, mengakibatkan klep bengkok dan piston rusak — kerusakan berat yang membutuhkan biaya perbaikan besar. Harga timing belt mesin DOHC berada di kisaran Rp 1,7 juta.

Baca Juga: Chevrolet C10 1970 Kustom dari Rongsokan, Kini Bermesin 6.200 cc

Timing Belt mesin Opel Blazer DOHC

Sementara itu, pada mesin SOHC, usia pakai timing belt mencapai sekitar 60.000 kilometer dan risiko kerusakan mesin akibat timing belt putus tidak terlalu besar. Hal ini membuat tipe SOHC lebih mudah dirawat, meski performanya tidak seagresif varian DOHC.

Bagikan

Baca Original Artikel