Jeep Cherokee Siap Diperkenalkan 2025, Hadir untuk Versi Hybrid
KabarOto.com - Jeep Cherokee telah lama dikenal sebagai pelopor SUV, sehingga ketidakhadirannya sangat mencolok. Sebagai nama ikonik, merek ini secara rutin menjual lebih dari 200.000 unit setiap tahun di Amerika Serikat.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penjualan Jeep Cherokee menurun drastis. Meskipun demikian, Cherokee akan segera kembali.
Menurut laporan dari Car & Driver, model baru ini akan segera diluncurkan. CEO Jeep, Antonio Filosa, mengonfirmasi rencana untuk SUV segmen D baru. Meskipun Filosa tidak menyebut Cherokee secara eksplisit, ia menyatakan bahwa kita bisa "menebak namanya."
Baca Juga: Jeep EV Siap Diperkenalkan, Harga Mulai Rp 372 Juta

Hingga saat ini, informasi mengenai model baru ini masih terbatas. Namun, The Drive melaporkan bahwa model ini tidak akan menjadi kendaraan listrik, setidaknya pada awalnya.
Filosa juga mengonfirmasi bahwa akan ada beberapa pilihan powertrain, termasuk opsi konvensional dan hybrid. Cherokee yang didesain ulang ini dijadwalkan mulai diproduksi pada paruh kedua tahun 2025 dan diperkirakan harganya di bawah $40.000.
Harga pastinya masih belum jelas, tetapi Cherokee 2023 dibanderol mulai dari $37.695. Sebagai perbandingan, model tahun 2021 bisa didapatkan dengan harga $28.135 sebelum terjadi lonjakan harga.
Lonjakan harga ini sebagian dapat menjelaskan mengapa penjualan Cherokee menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2021, perusahaan menjual 89.126 unit Cherokee, tetapi jumlah tersebut turun menjadi 40.322 pada tahun berikutnya, sebelum hanya mencatatkan 24.610 unit pada tahun 2023.
Baca Juga: Desain BAIC BJ40 Plus Mirip Jeep Wrangler, Ini Penjelasannya
Sebagai penyegaran, Jeep mengumumkan rencana untuk menghentikan pabrik perakitan Belvidere yang memproduksi Cherokee pada akhir 2022. Pada saat itu, Stellantis menyatakan bahwa ini adalah "tindakan yang sulit tetapi perlu" karena "industri kami telah terdampak oleh berbagai faktor seperti pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung dan kekurangan microchip global."
Namun, perusahaan juga mencatat bahwa "tantangan yang paling berdampak adalah meningkatnya biaya terkait elektrifikasi pasar otomotif."
Baca Original Artikel