Sejarah Desain Tailfin Unik di Mobil Amerika dan Berujung Petaka
KabarOto.com – Era desain tailfin atau sirip belakang pada mobil berlangsung sepanjang dekade 1950 hingga 1960-an, dengan puncak popularitas terjadi antara tahun 1955 hingga 1961.
Desain ini menyebar ke berbagai negara seiring banyaknya desainer otomotif yang mengadopsi tren visual dari industri mobil Amerika Serikat, yang saat itu dianggap sebagai masa keemasan desain otomotif Amerika dan simbol American exceptionalism.
Baca Juga: Ford Mustang Apollo, Bagi Pecinta Mobil Amerika dan Roket NASA
Sejarah Desain Tailfin
Kepala Desain General Motors, Harley Earl, kerap disebut sebagai pencipta tailfin setelah memperkenalkan sirip kecil pada Cadillac 1948. Namun, sejumlah sumber menyebut bahwa sosok yang sebenarnya merancang tailfin tersebut adalah Franklin Quick Hershey, yang kala itu menjabat sebagai Kepala GM Special Car Design Studio.
Ide tersebut muncul ketika Hershey melihat pesawat tempur P-38 Lightning di Selfridge Air Base dan menilai bentuk sirip ganda pada pesawat tersebut dapat menjadi elemen desain menarik untuk mobil modern.
Baca Juga: Militem Ferox Adventure, Cara Lain Mengapresiasi Mobil Amerika
Popularitas tailfin semakin kuat ketika desainer Chrysler, Virgil Exner, memperkenalkan gaya “Forward Look” yang agresif. Hal ini membuat produsen otomotif berlomba-lomba menampilkan tailfin berukuran lebih besar pada model-model terbaru.
Saat teknologi penerbangan dan eksplorasi luar angkasa meningkat di tengah kompetisi Space Race, desain tailfin dan lampu belakang mobil mulai dibuat menyerupai bagian ekor jet tempur dan roket.
Baca Juga: Siap Berlaga di NASCAR Cup Series 2026, Chevrolet Camaro ZL1 Facelift Resmi Meluncur
Plymouth bahkan mengklaim bahwa tailfin bukan sekadar sirip, melainkan berfungsi sebagai “stabilizer” untuk memindahkan titik tekanan angin ke bagian paling belakang kendaraan sehingga diklaim dapat mengurangi koreksi kemudi hingga 20 persen saat terkena angin samping.
Mobil Pertama Dengan Desain Tailfin
Popularitas tailfin meningkat pesat setelah Cadillac 1948 diluncurkan dan menyebar ke seluruh lini General Motors. Pabrikan lain pun mengikuti, terutama Chrysler melalui tangan Virgil Exner. Seiring kepercayaan industri terhadap tren ini, ukuran tailfin menjadi semakin besar dan berani.
Model-model ekstrem seperti Cadillac Eldorado 1959 dan Imperial Crown 1959 menampilkan tailfin runcing menyerupai stabilizer jet dengan lampu belakang berbentuk peluru kembar.
Baca Juga: Cadillac Sixteen, Mobil Konsep Gila Buatan Amerika Serikat dengan Mesin V16 13.600 cc
Namun, menjelang akhir 1950-an, publik dan media otomotif mulai merasa jenuh dengan desain yang dianggap berlebihan. Di sisi lain, pabrikan mulai mempertimbangkan biaya produksi yang meningkat akibat desain kompleks tersebut. Memasuki awal 1960-an, tailfin berangsur menurun, bahkan berganti menjadi desain menurun pada Cadillac 1965.
Mayoritas sirip akhirnya menghilang dan digantikan model lampu belakang baru seperti lobster-claw taillights. Meski demikian, sisa-sisa elemen tailfin masih dapat ditemukan pada sejumlah mobil Amerika hingga akhir 1990-an, termasuk Cadillac DeVille 1999.
Baca Juga: Sejarah Balap NASCAR di Amerika Serikat, dari Kurir Alkohol jadi Olahraga Nasional
Mercedes-Benz menghadirkan versi lebih sederhana pada sedan W111 tahun 1959 yang kemudian dikenal dengan julukan “Fintails”. Pabrikan tersebut tetap menyebutnya Peilstege sebagai garis panduan visual. Tren serupa kembali muncul pada 1997 lewat Lancia Kappa Coupé yang juga menampilkan garis panduan bagian belakang.
Sisi Gelap Desain Tailfin
Meski ikonik, tailfin kerap mendapat kritik terkait isu keselamatan, bahkan saat kendaraan dalam keadaan parkir. Peneliti sejarah keselamatan otomotif, Lochlann Jain, mencatat sejumlah kasus hukum pada abad ke-20 yang menunjukkan bahaya dari elemen desain tajam pada mobil.
Salah satu kasus penting adalah Kahn v. Chrysler (1963), ketika seorang anak berusia tujuh tahun mengalami cedera kepala setelah menabrak tailfin saat mengendarai sepeda. Kasus lain adalah Hatch v. Ford (1958) terkait cedera akibat tonjolan tajam pada kendaraan yang terparkir.
Baca Juga: Sejarah Politik yang Membuat Negara Kuba Bertahan dengan Mobil Tua Amerika
Dalam kedua kasus tersebut, pengadilan memutuskan bahwa produsen tidak bertanggung jawab, dengan alasan mereka tidak diwajibkan mengantisipasi semua kemungkinan cara seseorang dapat terluka akibat jatuh atau terbentur kendaraan.
Pada akhirnya, kombinasi faktor keselamatan, perubahan tren desain, dan meningkatnya efisiensi produksi membuat era tailfin berakhir. Meski demikian, desain ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah otomotif dan simbol kreativitas era keemasan industri mobil Amerika.
Baca Original Artikel