Serba-Serbi Mobil Listrik di Indonesia yang Perlu Diketahui

Deni Ferlindungan Senin, 14 Mei 2018

KabarOto.com - Masa depan industri otomotif dunia saat ini mulai beralih dari mobil konvensional menuju mobil bertenaga listrik. Hal tersebut terlihat dari semakin gencarnya para agen pemegang merek (APM) semakin gencar untuk memperkenalkan model-model kendaraan listriknya baik di pasar domestik maupun luar negeri.

Sebenarnya masa depan mobil listrik di Indonesia tergantung dari regulasi pemerintah. Pasalnya, pemerintah Indonesia seakan-akan mempersulit produksi mobil listrik, sehingga beberapa tipe mobil gagal diproduksi. Andai saja pemerintah Indonesia bersikap lebih bijak dan mendukung pengembangan mobil listrik, tentu sudah banyak mobil listrik yang diproduksi massal di Indonesia. Padahal Indonesia memiliki SDM berkualitas dan terbukti bisa menciptakan mobil listrik berkualitas dunia.

Baca juga: Mitsubishi Yakin Pemerintah Dapat Penuhi Target Untuk Kendaraan Listrik

Selain itu, para APM pun kerap dihadapkan dengan beragam kendala untuk dapat bisa benar-benar memasarkan mobil listrik andalan mereka di Indonesia. Dari beragam kendala tersebut, permasalahan yang paling sulit adalah menentukan harga untuk produk mereka yang nantinya masuk pasar nasional dengan banderol yang cenderung mahal, pajak yang juga tinggi, serta ketersediaan infrastruktur pengisian daya listrik (charging station).

Rahardito Dio Prastowo, Technical Instructor PT Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) mengatakan, untuk pengisian mobil listrik sebenarnya bisa dilakukan dimana saja. "Pengisian itu bisa di rumah, namun membutuhkan waktu pengisian yang cukup lama, ketimbang waktu yang dibutuhkan jika diisi melalui perangkat quick charging," ujarnya saat ditemui di sela-sela perayaan HUT ke-15 tahun Forum Wartawan Otomotif (FORWOT) di Sentul, Bogor, Sabtu (12/5/2018).

Mitsubishi i-MIEV

Jika berkiblat kepada negara Jepang, tambah Rahardito, para pengguna mobil listrik biasanya mengisi daya listrik di port pengisian umum. Karena hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit untuk dapat mengisi 80 persen kapasitas baterai untuk kendaraan mereka. Sementara jika mengisi dirumah membutuhkan waktu hingga 6 sampai 10 jam, tergantung kepada daya listrik di rumah.

"Contohnya itu seperti mengisi daya listrik pada Mitsubishi i-MIEV, jika dicas hingga penuh itu membutuhkan waktu hingga 6 jam dengan daya listrik AC230 volt dengan 15 ampere, 8 jam untuk 10 ampere dan 10 jam untuk 8 ampere. Sementara untuk listrik rumah tangga di Indonesia itu rata-rata masih 6 ampere, jadi pengisiannya memakan waktu yang lebih lama," bebernya.

Meski begitu, Rahardito menegaskan bahwa untuk mengisi daya i-MIEV menggunakan daya 230volt, jadi jika diisi dengan daya sebesar 220volt tidak masalah. Namun di Indonesia umumnya 6 ampere. Dan itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pengisian dayanya.

Selain kendala tersebut, Rahardito pun memaparkan bahwa masyarakat di Indonesi tidak perlu khawatir mengenai keamanan dari mobil listrik, khususnya untuk jajaran produk Mitsubishi yang rencananya akan dipasarkan di Indonesia. Karena masih banyaknya masyarakat yang berfikir mengenai kemungkinan tersetrum listrik.

“Dalam pengembangan mobil listrik, tentunya kami selaku pabrikan yang paling pertama diperhitungkan dalam pengembangan bagaimana keamanan saat kondisi banjir itu,” imbuhnya.

Ia pun memaparkan, sebagai bukti nyatanya kita bisa melihat pada Mitsubishi i-MIEV. city car tanpa polusi itu aman melewati banjir meski baterai lithium-ion miliknya terletak di bagian lantai kendaraan.

Interior Mitsubishi i-MIEV

"Pada i-MIEV itu kita aplikasikan teknologi seperti sekering pemutus aliran listrik ketika terjadi banjir atau kecelakaan. Ketika menghadapi kecelakaan, terdapat G-Sensor yang bisa membaca tumbukan atau kondisi kendaraan terbalik, kemudian sistem secara otomatis memutus aliran listrik dari baterai. Meski tegangan tetap ada, tapi ngga mengalir ke komponen lain. Karena kita sudah rancang insulasinya dengan sangat baik," katanya.

Selain itu Rahardito pun mengatakan, meski tegangan di dalam baterai tetap ada, dan masih memungkinkan komponen untuk meledak. Namun tidak ada potensi bahaya bagi konsumen karena insulasi yang telah melalui riset yang panjang.

Baca juga: Kemenperin Terima Hibah Mobil Listrik dari Mitsubishi

“Baterai memang bisa saja meledak, namun kita bisa pastika bahwa insulasinya sangat baik dan sangat rapat. Dengan begitu jika meledak efeknya hanya membuat sasis bagian bawah gembung saja. Yang pasti tidak bersentuhan dengan sasis lalu menyebabkan bahaya tersetrum," jelas Rahardito.

Untuk diketahui, di bulan Februari 2018 lalu, MMKSI telah memberikan 8 unit Mitsubishi Outlander PHEV, 2 unit kendaraan listrik i-MiEV serta 4 unit quick charger kepada pemerintah untuk studi bersama terkait pengembangan infrastruktur kendaraan listrik Indonesia.

Rahardito menilai jika regulasi mobil listrik telah dirampungkan, maka pemerintah bisa menerapkan wilayah khusus penggunaan mobil listrik secara bertahap, seperti di Jepang.

Bagikan

Baca Original Artikel