POPULAR STORIES

Hati-hati Dengan Produk Penghemat BBM Yang Belum SNI

Hati-hati dengan Produk Penghemat BBM yang Belum SNI Produk penghemat BBM harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya tidak menyebabkan kekotoran mesin.

KabarOto.com - Saat ini banyak beredar produk penghemat bahan bakar yang di ramah lingkungan. Salah satu produk penghemat bahan bakar yang sudah beredar sejak tahun 2016 adalah Eco Racing. Eco Racing merupakan produk penghemat BBM berbentuk tablet dan memiliki zat yang berfungsi untuk melindungi mesin kendaraan.

Selain itu juga dapat meningkatkan oktan bahan bakar minyak, menghemat penggunaan bahan bakar (BBM) dan satu-satunya oktan besar atau vitamin BBM di dunia yang bisa menghilangkan gas CO hingga 100 persen.

Baca Juga: Ini 10 Mobil Irit BBM Yang Dipasarkan Di Indonesia

Namun pemerintah melalui Kementerian ESDM menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati memilih zat aditif untuk kendaraan. "Aditif yang digunakan dalam bensin ataupun minyak solar, harus memenuhi beberapa persyaratan, di antaranya tidak menyebabkan kekotoran mesin," ujar Muhidin, Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum Minyak dan Gas Bumi Biro Hukum dan Humas Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM.

Selain itu menurutnya, aditif yang terbuat dari bahan yang dapat membentuk abu (ash forming material) seperti aditif yang berbahan dasar logam (organometallic) tidak diperbolehkan.

Baca Juga: Kenali Kebutuhan BBM Yang Sesuai Dengan Kendaraan Anda

sampai saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) belum menetapkan standar aditif yang layak digunakan. Himbauan tersebut muncul karena saat ini banyak merek penghemat BBM untuk mobil yang mengandung octane booster untuk menaikkan nilai oktan bahan bakar.

Sementara itu, Febrian Agung Owner PT Bandung Eco Sinergi Teknologi mengungkapkan bahwa Eco Racing telah terbukti kehandalannya lewat testimoni para user dan telah lulus uji emisi di mana uji emisi dilakukan secara resmi oleh dinas perhubungan di kota-kota besar seluruh Indonesia.

Namun sayang Eco Racing belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), alasannya karena pemerintah belum menentukan standar nasional untuk oktan boosternya. “Selama ini, kami menggunakan standar American Standar For Technical of Materials (ASTM), uji ASTM banyak sekali mulai dari pengujian nilai Oktan, Sulfur, Kadar Timbal dan lain sebagainya,” jelasnya.