KabarOto.com - Sepanjang tahun 2018, PT Pertamina (Persero) berhasil melampaui target pencapaian operasional BBM Satu Harga. Dari target 67 titik, Pertamina telah mengoperasikan 69 titik BBM Satu Harga pada daerah Tertinggal. Namun apakah program BBM satu harga tersebut menguntungkan bagi Pertamina?
Baca Juga: Pertamina Siap Kembangkan Stasiun Pengisian Baterai Umum
Arie Gumilar, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) mengungkapkan, program BBM satu harga ini justru merugikan Pertamina, karena semua dibebankan kepada perusahaan pelat merah ini. "Salah satu yang membuat laba Pertamina menurun ya BBM satu harga ini, semua dibebankan kepada Pertamina," jelas Arie.
Dia menambahkan, BBM Satu Harga ini seharusnya bukan tugasnya Pertamina tetapi pemerintah melalui BPH Migas. Beban yang ditanggung Pertamina dari program ini cukup signifikan, sekitar Rp20 triliun," ungkap Arie di Kawasan Jakarta (31/12/2018).
Arie menambahkan, harusnya Shell atau Total juga diikut sertakan dalam program BBM satu harga ini. "Shell dan Total juga harus dilbatkan, misalnya mereka mau membukan SPBU di Jakarta, tapi mereka juga harus diberi syarat untuk membuka SPBU di daerah lainnya, jadi jangan hanya Pertamina," terang Arie.
Baca Juga: Pertamina Sukses Operasikan 27 SPBU 1 Harga Di Kalimantan
Faktor lain yang menyebabkan turunnya laba adalah keluarnya Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Adanya Perpres tersebut membuat Pertamina harus kembali menyediakan BBM Khusus Penugasan yaitu jenis Premium di wilayah Jawa, Madura dan Bali.
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi. Menurutnya Pertamina seharusnya dibesarkan oleh Pemerintah dalam menegakkan kedaulatan energi Bangsa. "Saya tidak setuju BBM Satu Harga ini dibebankan kepada Pertamina," tegas Tulus.