POPULAR STORIES

Akibat Skandal Uji Keselamatan, Daihatsu Diperkirakan Rugi Rp 11 Triliun

Akibat Skandal Uji Keselamatan, Daihatsu Diperkirakan Rugi Rp 11 Triliun Ilustrasi uji tabrak mobil Daihatsu (ASEAN NCAP)

KabarOto.com - Skandal uji keselamatan yang menimpa Daihatsu membuat pabrikan asal Jepang ini menghentikan produksi mobilnya secara total, sehingga menderita kerugian hingga 100 miliar yen atau sekitar Rp 11 triliun.

Diketahui, kasus ini terungkap setelah tim independen menemukan 64 model produksi Daihatsu, termasuk merek Toyota bermasalah dari sisi keselamatan.

Kementerian Transportasi Jepang sendiri melakukan penyelidikan dan mengarahkan Daihatsu untuk menghentikan pengiriman sampai keamanan kendaraannya dapat diverifikasi. Penghentian total produksi ini dilakukan sebagai dampak skandal uji keselamatan sehingga merugikan Daihatsu secara finansial.

Baca Juga: Pemerintah Panggil PT ADM Soal Polemik Manipulasi Uji Tabrak, Konsumen Diminta Tetap Tenang

Pengiriman mobil Daihatsu ditunda hingga faktor keselamatan diperbaiki

Melansir laman Nikkei Asia, Daihatsu diperkirakan akan menderita kerugian sebesar 100 miliar yen atau sekitar 11 triliun akibat penutupan pabrik serta pemberian kompensasi finansial kepada pemasok.

Daihatsu sendiri belum menginformasikan kapan produksi di Jepang akan dilanjutkan, setidaknya hingga akhir Januari 2024. Sementara itu, untuk Indonesia dan Malaysia pengiriman sudah berjalan normal.

Penjualan domestik Jepang akan sangat berpengaruh, oleh sebab itu Daihatsu melakukan negosiasi dengan pemasok mengenai kompensasi atas hilangnya pendapatan. Hal ini diperkirakan akan memakan biaya besar. Di mana, biaya investigasi dan uji keselamatan tambahan juga akan menjadi perhitungan.

Baca Juga: Rangkuman Skandal Uji Keselamatan Daihatsu Dan Mobil Yang Terdampak

Skandal ini kemungkinan besar akan membuat tahun fiskal 2023 berbeda dengan tahun fiskal 2022, ketika Daihatsu melaporkan laba operasional konsolidasi sebesar 141,8 miliar yen dan laba bersih sebesar 102,2 miliar yen.

Tampaknya tak akan ada masalah arus kas dalam waktu dekat, karena pada akhir Maret, aset likuid perusahaan dikurangi kewajiban yang harus dibayar berjumlah lebih dari 500 miliar yen. Jika dampak skandal tersebut mendorong laba konsolidasi ke zona merah, maka ini akan menjadi kerugian pertama yang dihadapi perusahaan dalam 30 tahun.