POPULAR STORIES

Kerjasama McLaren Dan Honda Jilid 2 Kurang Sukses, Mengapa?

Kerjasama McLaren dan Honda Jilid 2 Kurang Sukses, Mengapa? Sumber: Formula 1, Honda Racing, McLaren F1

KabarOto.com - Dulu kerjasama McLaren dengan Honda di Formula 1 sungguh manis, membuahkan hasil gemilang dengan mengantarkan Ayrton Senna dan Alain Prost meraih titel juara dunia pembalap F1. Kegemilangan yang luar biasa pada era 1988 hingga 1993, menjadi era manis Honda meraih kesuksesan.

Honda memulai kerjasamanya dengan McLaren pada 1988, langsung membuat Ayrton Senna juara dunia. Dominasi berlanjut hingga 1991, McLaren menjelma menjadi tim raksasa F1 karena prestasi mengkilapnya. Musim 1993 menjadi musim terakhir Honda bersama McLaren, akibat kurang puasnya tim yang kala itu mesin Renault pada Williams yang mendominasi balapan sejak 1992.

Namun setelah menghentikan pasokan mesinnya kepada McLaren, kiprah Honda terus berlanjut di F1 bersama tim BAR (British American Racing). Akhirnya Honda benar-benar meninggalkan F1 pada 2008, dengan alasan krisis finansial yang melanda perusahaan Honda di Jepang kala itu.

Baca juga: McLaren MP4/4, Pemegang Rekor Paling Dominan Selama Satu Musim

2015 menjadi awal Honda kembali bekerjasama dengan McLaren di Formula 1

Kombinasi kembali McLaren dan Honda mulai pada 2015, setelah McLaren ditinggal oleh pemasok mesin Mercedes-Benz yang lebih mendukung habis-habis tim pabrikannya yakni Mercedes-AMG Petronas.

Setelah melakukan negosiasi kebeberapa mesin, akhirnya Honda menjadi pilihan karena pada saat itu pabrikan asal Jepang tersebut sedang tidak mendukung tim manapun di F1. Dan ini juga menjadi strategi McLaren untuk membawa kembali Honda kembali ke dunia F1, setelah kerjasama manis mereka pada era 1988-991.

Sayangnya, kembalinya Honda ke F1 bersama McLaren mengalami kesulitan. Honda menciptakan mesin yang kurang bertenaga, mengingat pada musim itu regulasi berubah dengan penggunaan mesin V6 turbo hybrid berkapasitas 1.600 cc. Jelas sekali pabrikan Honda itu kesulitan menciptakan mesin baru dalam jangka waktu singkat dengan riset dan pengembangan.

2015 menghasilkan musim yang buruk meskipun dua mantan juara dunia F1 yakni Jenson Button dan Fernando Alonso berada di belakang kemudi. Skor hanya 27 poin saat mereka turun ke urutan kesembilan di klasemen.

Musim 2016 belum menemukan titik ideal mesin Honda

2016 menjadi musim kedua kemitraan Honda dengan McLaren, beberapa peningkatan sudah dilakukan namun tim masih jauh dalam perebutan podium. Fernando Alonso mengeluhkan tenaga mesin yang kurang maksimal, bahkan untuk bersaing di lintasan lurus pun menjadi hal sulit untuk mengejar lawan-lawannya.

Alhasil, tim yang bermarkas di Woking, Inggris ini pun harus puas menempati posisi enam klasemen konstruktor dengan 76 poin yang mereka cetak dari upaya Fernando Alonso. Pencapaian terbaik adalah posisi lima di Monako dan Austin, Amerika Serikat.

Masalah mesin masih menjadi kendala, mesin Honda RA615H masih kurang bisa bersaing maksimal. Sementara McLaren sendiri sudah memaksimalkan desain sasis mobilnya. Ini yang sedikit membuat McLaren mulai kehabisan kesabaran, harapan mesin yang sama seperti era kejayaan dulu ternyata belum kunjung datang.

Baca juga: Mobil F1 McLaren MP4-25A Milik Lewis Hamilton Dilelang Rp100 Miliar

2018 menjadi musim terakhir bersama McLaren

2018 menjadi musim ketiga Honda dengan McLaren, rupanya tim yang kini dikepalai Zak Brown itu menjalin kerjasama dengan Renault sebagai pemasok mesin untuk musim 2019. Ini dilakukan karena Honda tak kunjung memberikan performa mesin terbaiknya, klaim pihak McLaren bahwa mereka telah mengembangkan sasis yang bagus. Terbukti dari Fernando Alonso yang berhasil mengukir lap tercepat di Hungaria.

Manisnya kerjasama dulu ternyata tidak bisa diulangi oleh Honda bersama McLaren, performa mesin masih menjadi unsur utamanya. Ukuran mesin Honda yang relatif lebih kecil dimensinya dianggap sebagai biang kurang menterengnya performa saat balapan. Musim 2018, McLaren hanya mengkoleksi 30 poin, jelas ini menjadi alasan McLaren akhirnya harus melepaskan Honda.

Walaupun musim 2021 mengantarkan Max Verstappen (Red Bull Racing) menjadi juara dunia pembalap F1, namun di atas kertas performa mesin Honda masih kalah dari Mercedes. Mesin baru Honda RA620H ternyata sukses membuat Verstappen dan Sergio Perez memberikan perlawanan sengit terhadap Mercedes-AMG Petronas.

Namun setidaknya Honda memberikan perpisahan manis dengan Red Bull Racing dan Formula 1, Verstappen menjadi juara dunia walaupun secara dramatis.