Minyak Rem, Setahun Sekali Perlu Diganti Agar Truk Terhindar Rem Blong


Foto: Kemenhub
KabarOto.com - Awal pekan ini (27/05) terjadi lagi sebuah truk ukuran sedang yang diduga mengalami rem blong di wilayah Cimahi, Jawa Barat. Seperti dikutip dari Halojabar.com, truk dengan nopol D 8951 BY bermuatan bahan bangunan berupa paving block itu mengalami rem blong.
Jalur kejadian merupakan turunan, truk tersebut menabrak setidaknya satu motor dan mobil.
Seakan ‘rem blong’ merupakan hal sebagai penyebab klasik, namun apa sebenarnya pemicu dan tidak berfungsinya secara baik sistem pengereman itu?
Baca Juga: Kemenhub Terapkan Sistem Digitalisasi untuk Pelanggar ODOL

Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan dalam satu kesempatan pernah memaparkan hal tersebut. Menurut Wildan, pada umumnya supir masih ingat kondisi saat menginjak pedal rem saat sebelum kecelakaan. “Ada yang bilang pedal rem sudah diinjak, tetapi roda tetap meluncur,” jelasnya. Kondisi ini bisa diduga bahwa sistem pengereman tidak mampu mengurangi putaran roda, disebabkan oleh brakefading atau kondisi yang melampaui kemampuan maksimal rem.
Kondisi brakefading tadi juga bisa dipicu akibat sopir hanya menggunakan service brake (pedal rem) untuk menurunkan kecepatan laju kendaraan. Padahal, semestinya semua sopir truk dan bus paham jika ada secondary brake dari exhaust brake atau bahkan auxiliary brake, seperti brake retarder yang harus difungsikan segera saat menemui jalur turunan.
Karena di jalan menurun, beban rem tak hanya bobot truk dan muatannya saja, tetapi juga pengaruh dari gravitasi. Kondisi tersebut akan lebih buruk lagi dampaknya jika kondisi kendaraan tidak terawat dan membawa muatan berlebih.
Jangan lupakan kondisi minyak rem
Pihak National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) di Amerika, pernah menyebutkan kalau rem blong, salah satunya, dikarenakan overheat pada minyak rem.
Padahal minyak rem telah dirancang sedemikian rupa untuk bisa bekerja di suhu ekstrem. Semisal rem dengan spek DOT 3 punya titik didih dalam kondisi baru atau dry boiling point 237 derajat Celsius, sementara DOT 4, 265 derajat Celcius.
Titik didihnya akan merosot tajam menjadi 140 derajat Celcius (DOT3) dan 155 derajat Celsius (DOT4) saat cairan ini terkontaminasi dengan air sebesar 3 persen setelah dipakai sekian lama. Kemunculan air itulah yang melemahkan kinerja rem karena sebelum mencapai titik didih optimal (dry boiling point), minyak rem akan mendidih terlebih dulu.
Sebagai catatan saat minyak rem mendidih sebagian berubah menjadi gas (karena penguapan) sehingga akan kehilangan kemampuannya untuk menyalurkan tekanan. Di sinilah terjadinya rem blong.
Pertanyaannya, dari manakah air itu itu muncul? Minyak rem menggunakan bahan berbasis glycol yang memiliki sifat higroskopis (menyerap air). Hal ini ini diperburuk oleh kelembapan iklim Indonesia yang bisa mencapai 60-80 persen. Dalam keadaan tersebut selain kampas rem dan seluruh komponen penunjangnya, termasuk minyak rem juga akan jadi faktor penentu ‘blong’ atau tidaknya satu laju kendaraan besar.
“Setiap material kampas rem memiliki suhu kerjanya,” sebut Dhany Ekasaputra, Manager Promosi PT Autochem Industry saat juga dihubungi pada satu kesempatan.
Dhany kemudian menceritakan pengalamannya menemukan cairan rem yang jarang diganti. “Hal ini membuat kandungan airnya sudah banyak, alhasil, titik didihnya akan mendekati titik didih air, komponen pengereman jadi tidak bisa bekerja maksimal,” ungkapnya.
Baca Juga: Penerapan Zero ODOL akan Menguntungkan Pengguna Jalan
Untuk bus dan truk tentu membutuhkan kinerja pengereman yang lebih ‘panas’ karena beban (angkut) lebih berat sehingga butuh titik didih yang lebih tinggi. Rem (kaliper) saat dilakukan pengereman akan membuat komponen ini sangat panas sehingga butuh minyak rem yang boiling point yang juga tinggi agar kinerja pengereman terjaga.
Perawatan sistem pengereman memang termasuk tidak murah jika ditilik dari segi biaya operasional sebuah kendaraan berdimensi besar. “Beberapa kasus yang pernah kami temui, seal di sistem rem pake gak orisinal agar biaya perawatan murah, ditambah cairan rem pun menggunakan kualitas rendah agar seal yang enggak ori itu gak cepet rusak,” jelas Dhany mengisahkan.
Padahal dengan memakai cairan atau minyak rem yang bermutu saja, soal perawatan berkala tetap harus dilakukan. Formula kimia dalam minyak rem ada masa pakainya. Jika dipaksakan, tekanan rem bisa hilang dan rem mobil blong karena kualitas minyak rem menurun.
Oleh sebab itu, sebaiknya minyak rem dikuras dan diganti seluruhnya dalam jangka waktu tertentu sesuai pentunjuk pabrikan kendaraan. Pada banyak rekomedasi, terlebih karena faktor kelembapan yang berpotensi memunculkan air, membuat minyak rem wajib diganti secara berkala satu tahun sekali atau tiap 20.000 km. Tentu ini untuk memperkecil kemungkinan terjadinya rem blong.
Tags:
#Rem Blong #Rem Truk #Rem Bus #Minyak Rem Kendaraan