POPULAR STORIES

Pertamina Sebut Bahayanya Jika Menggunakan Bahan Bakar Premium

Pertamina Sebut Bahayanya Jika Menggunakan Bahan Bakar Premium Bahan bakar oktan 88 masih beredar di SPBU Pertamina

KabarOto.com - Bahan Bakar dengan oktan rendah 88 saat ini sudah tidak lagi digunakan oleh negara-negara di dunia. Hanya 7 negara yang masih mengunakan bahan bakar jenis ini, salah satunya adalah Indonesia dengan nama Premium. Bahan bakar dengan oktan 88 ini harganya murah, timbalnya tinggi dan tentu mencemarkan udara.

Meski Indonesia berkomitmen untuk menghadirkan udara bersih di Indonesia, nyatanya, Premium masih banyak dijual di berbagai daerah di Indonesia. Probo Prasiddhahayu, Pertamina Sales Area Manager Retail Banten mengatakan, alasan Pertamina di wilayahnya masih menjual Premium.

Baca Juga: Tunjukkan Aplikasi MyPertamina, Pelanggan Dapat BBM 'Full Tank' Gratis

"Premium merupakan bahan bakar penugasan dari Pemerintah," terang dia dalam ngobrol virtual dengan media, Jum'at (11/9). Menurutnya, Presiden mengeluarkan peraturan Premium ditujukan untuk warga kelas menengah ke bawah.

Pertamina menyarankan tidak mengunakan premium

Dia menambahkan, jika premium ingin dihilangkan, kewenangan datang bukan dari Pertamina, tapi dari pemerintah pusat. "Kalau mau dihilangkan kewenangan bukan Pertamina, tapi dikembalikan ke pemerintah," terangnya.

Dia juga menyatakan, jika kendaraan yang sering diisi oleh bahan bakar oktan rendah akan berdampak kepada kondisi mobil. "Dampaknya bisa jangka pendek dan juga jangka panjang," tambah Probo.

Dampak yang terjadi jangka pendek menurut dia, tenaga yang dihasilkan akan menjadi berkurang. "Mobil jadi kehilangan tenaga kalau pakai oktan rendah," tambahnya.

Yang kedua, timbal besar bahan bakar akan menjadi boros. "Nah yang paling terdengar mesin ngelitik, jadi berisik," tambah dia lagi.

Baca Juga: Ini Dampaknya Jika Premium Dihapus Oleh Pertamina

Untuk jangka panjang, saat melakukan servis, biaya perawatan akan semakin membengkak, banyak kotoran yang menempel di beberapa komponen. "Jangka panjang lain kemungkinan turun mesin jadi lebih cepat," tambah Probo lagi.