POPULAR STORIES

Rifat Sungkar Bicara Soal Kecelakaan Sean Gelael Dan Bamsoet

Rifat Sungkar Bicara Soal Kecelakaan Sean Gelael dan Bamsoet Bamsoet usai alami insiden, tak ditemui cidera (Foto: istimewa)

KabarOto.com - Sebagai cabang olahraga yang sangat tergantung kepada peralatan dan perlengkapan, atlet motorsport setidaknya membutuhkan 2 hal utama. Yang pertama adalah kendaraan balap beserta teknologinya, sementara yang kedua adalah perangkat keselamatan yang melindungi pembalap dari risiko fatal saat menekuni motorsport.

Sayangnya dua hal mendasar itu tidak dapat dengan mudah diperoleh insan motorsport Indonesia dari dalam negeri. Meski Indonesia menjadi pasar utama beberapa pabrikan mobil maupun motor, sedikit sekali yang menyediakan kendaraan dengan spesifikasi balap. Jika ada, kendaraan spesifikasi balap itu hanya tersedia di luar Indonesia.

Meski begitu, bukan berarti mereka berpangku tangan. Dengan usaha sendiri, insan motorsport Indonesia mencoba membangun dan mengembangkan kendaraan balap dari mobil-mobil atau motor-motor yang ada di tanah air.

Menurut pereli nasional Rifat Sungkar, mendatangkan peralatan untuk balapan dari luar negeri tidak mudah dan jelas jauh dari murah. Banyak pembalap Indonesia yang kemudian hanya mampu membeli kendaraan balap bekas dengan teknologi yang sudah ketinggalan. Karena bekas, spare partnya pun tidak selalu tersedia. Akibatnya terjadilah 'kanibal' dari mobil sejenis.

Baca Juga: Rifat Sungkar Ungkap Soal Mitsubishi Xpander AP4 Usai Jadi Juara Nasional 2021

“Untuk membangun satu mobil balap, pembalap sampai harus membeli tiga mobil bekas. Yang satu dipakai untuk balapan, sementara yang dua dipereteli spare partnya untuk dijadikan cadangan jika ada yang rusak,” papar Rifat.

Kendati demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, insan motorsport Indonesia mampu menggulirkan kejuaraan balap dengan konsisten dan selalu ramai. Sebelum pandemi, jadwal balapan di Indonesia mencapai lebih dari 100 event balap roda dua dan roda empat, dari tingkat provinsi hingga tingkat kabupaten.

Sayangnya, bibit-bibit yang bermunculan dari kejuaraan itu tidak dapat berkembang dengan baik. Salah satu penyebabnya karena sulit mendapatkan kendaraan balap yang dapat mengasah mereka menghadapi kejuaraan tingkat dunia.

Hal kedua yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan perangkat keselamatan bagi pembalap. Tidak hanya yang menempel di badan pembalap, namun juga yang ada pada kendaraan balap, baik itu material maupun teknologinya.

Insiden yang dialami Sean Gelael dan Ketua MPR Bambang Soesatyo saat berlomba di ajang Sprint Rally Meikarta menjadi viral. Salah satu yang menjadi perhatian adalah kondisi keduanya yang dapat keluar dari mobil tanpa cedera berarti, meski mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan parah.

“Motorsport itu olahraga yang sangat berbahaya, oleh karena itu diperlukan peralatan yang dapat melindungi pembalap dari risiko fatal,“ ujar Rifat.

Baca Juga: Bocah 15 Tahun Pilihan Rifat Sungkar Bakal Jadi Penerusnya

Rifat mengaku merinding melihat rekaman kecelakaan yang dialami Sean dan Bamsoet. Dan menurut Rifat, selamatnya Sean dan Bamsoet dari kecelakaan parah itu tidak lepas dari canggihnya peralatan keselamatan yang ada dalam Citroen C3. Seperti kita tahu Citroen C3 itu didatangkan langsung dari luar negeri dengan safety device yang mumpuni.

“Mobil yang ditunggangi Sean dirancang untuk balapan dan dilengkapi dengan safety device yang sesuai. Jika mobil yang dtunggangi adalah mobil balap dengan teknologi lama yang peralatan safety-nya juga sudah usang, mungkin hanya bisa berserah kepada Tuhan,” ucap Rifat.

Sirkuit Mandalika dan kecelakaan yang dialami Sean seharusnya dapat menjadi momen bahwa kondisi motorsport Indonesia harus dapat ditingkatkan lebih dari sekadarnya seperti yang terjadi selama ini.

Jangan berharap pembalap Indonesia dapat berbicara di arena dunia jika peralatan yang dipakai saja masih seadanya. Pihak-pihak terkait sudah harus memikirkan cara bagaimana pembalap Indonesia dapat memperoleh peralatan dengan lebih mudah.

Menurut Rifat salah satu cara adalah dengan mengubah beberapa aturan yang terkait dengan impor kendaraan dan spare-partnya. Misalnya larangan jual beli blok mesin baru, berbelitnya aturan impor mobil untuk balapan, juga pengenaan pajak yang tinggi untuk spare part peralatan keselamatan balap.

“Sebagai insan motorsport, saya pribadi memohon pemerintah untuk dapat memperhatikan kebutuhan olahraga balap ini. Mungkin lewat pelonggaran aturan yang memudahkan insan motorsport mendapatkan kendaraan dan peralatan balap. Apa yang saya minta ini semata untuk meningkatkan prestasi balap Tanah Air sekaligus dapat melindungi dari risiko fatal yang kami hadapi,” tutup Rifat.