POPULAR STORIES

Terios 7 Wonder Lanjutkan Perjalanan Ke Benteng VOC Dan Hutan Kayu

Terios 7 Wonder Lanjutkan Perjalanan Ke Benteng VOC dan Hutan Kayu Hutan bakau ini sangat penting untuk manahan ombak dan mengurangi abrasi (Foto: Daihatsu)

KabarOto.com - Ekspedisi Terios 7 Wonders yang digelar pada 10-18 November 2018 di Maluku kembali melanjutkan rangkaian perjalanan. Setelah berkunjung ke Danau Rana di Namlea, Pulau Buru pada hari sebelumnya, ajang bertajuk Moluccas Next Chapter ini melanjutkan perjalanan menuju ke destinasi ke-3, yakni Desa Kayeli.

Meski masih dalam satu pulau yang sama (Pulau Buru), namun belum ada akses jalan yang langsung menghubungkan antara Namlea dan Kayeli, sehingga tim ekspedisi memutuskan untuk menggunakan kapal menuju Kayeli di pagi hari, dengan menempuh perjalanan selama satu jam sembari melihat keindahan laut sekitar.

Sesampainya di pelabuhan tim ekspedisi bergerak menuju salah satu situs bersejarah yang ada di Kayeli, yakni Benteng Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), yang memakan waktu perjalanan selama 30 menit sejak turun dari pelabuhan. Benteng VOC dibangun pada abad ke-17.

Baca Juga: Bandung Lautan Daihatsu 2018 Sedot 5.000 Pengunjung Dan 50 Klub

Tim Terios 7 Wonders bertemu dengan Ibrahim Wael, yang merupakan putra dari Raja Kayeli generasi ke-12. Dahulu kala, Ibu Kota Pulau Buru adalah di Kayeli, namun tanah di desa ini mengalami kenaikan ketinggian akibat banjir dan pergeseran lempengan bumi dalam kurun waktu yang lama, sehingga menyebabkan setengah bagian dari tembok benteng ini tertutup, dan membuat kegiatan pemerintahan dialihkan ke Namlea.

“Sebelumnya benteng ini merupakan pusat pemerintahan kolonial Belanda, serta menjadi salah satu tempat berdagang VOC. Benteng ini menjadi saksi sejarah, dan hanya setengah bagian atas benteng yang terlihat setelah tidak terpakai lama karena tertimbun oleh tanah,” ujar tim ekspedisi.

Baca juga: Tulang Punggung Toyota Mulai Bergeser Dari Avanza

Setelah dari benteng VOC, ekspedisi dilanjutkan kembali menuju pantai Kayeli. Selama perjalanan, tim menelusuri hutan bakau (mangrove) menggunakan perahu kecil kurang lebih sepanjang 2 km.

Hutan bakau ini sangat penting untuk menahan ombak dan mengurangi abrasi. Beberapa binatang hidup di hutan ini seperti kepiting bakau, dan buaya yang ukurannya hampir menyamai perahu yang digunakan oleh tim.