Apa Maksud Kompresi, Injeksi, Konfigurasi dan Induksi pada Mesin? Ini Penjelasannya
KabarOto.com – Banyak sekali seluk beluk tentang mesin yang mungkin sebagian dari kita belum mengetahuinya, berikut kita bahas istilah dan artinya dalam penjabaran yang umum, sebut saja rasio kompresi, injeksi konfigurasi ataupun induksi pada mesin. Berikut penjelasannya.
Rasio Kompresi
Seringkali kita melihat angka seperti 10:1, 11:1, dan lain-lain pada brosur. Nah, maksud dari angka tersebut adalah nilai yang mewakili rasio volume ruang pembakaran dari kapasitas terbesar ke kapasitas terkecil.
Rasio yang dimaksud adalah rasio antara volume silinder dan ruang bakar ketika piston berada di titik mati bawah dan volume ruang bakar saat piston berada di titik mati atas.
Misalnya, silinder dan ruang bakar dengan piston di bawah berisi 1000. Ketika piston telah pindah ke atas silinder, dan volume tersisa dalam kepala atau ruang bakar menjadi 100 cc, maka rasio kompresi akan proporsional digambarkan sebagai 1000: 100, maka dapat disimpulkan dengan pecahan pengurangan, yakni rasio kompresi 10:1.
“Memang semakin besar kompresi maka mesin semakin responsif, namun yang perlu diingat mesin juga akan semakin mudah panas, karena peningkatan suhu secara signifikan yang terjadi dalam ruang bakar,” ujar Regi Fiandisa, salah satu punggawa AHT Garage di bilangan BSD, Tangsel.
Baca Juga: Ini Ciri-ciri Kompresi Motor Lemah dan Penyebabnya
Teknologi Injeksi
Seiring berkembangnya teknologi sistem pengkabutan bahan bakar tipe injeksi, banyak produsen yang membuat skema kerja berbeda pada tiap sistem tersebut. Contohnya sistem GDI (Gasoline Direct Injection) yang mengandalkan prinsip kerja bukaan klep hanya bertugas untuk menyedot udara.
Sementara bahan bakar disemprotkan oleh nosel injektor langsung di dalam tabung silinder pada ujung siklus kompresi, sehingga ledakan terjadi tanpa bantuan percikan dari busi.
Prinsip kerja yang memang merupakan adaptasi dan penyempurnaan dari injektor mesin diesel ke mesin bensin ini menjadi tipe unggulan sebagian manufaktur kendaraan untuk efisiensi karena dapat dilakukan dengan menyemprotkan jumlah bahan bakar yang jauh lebih sedikit pada saat idle atau berjalan pelan, sementara udara yang masuk dari klep tetap berjumlah normal.
Hal ini biasa disebut ultra lean mode. Namun salah satu sisi negatifnya, bahan bakar yang biasa sekaligus bekerja sebagai pembersih klep kini tidak melewatinya, sehingga penumpukan kerak pada klep lebih cepat terjadi.
“Pada Isuzu Panther, bahan bakar dipompa langsung ke injektor, sedangkan pada sistem terbaru dengan common-rail, bahan bakar terlebih dahulu dimasukkan ke common-rail untuk dinaikkan tekanannya sebelum dibagi rata ke injektor,” jelas Rudy Irawan, owner Espe’el Motorsport, di Daan Mogot, Jakbar.
Lain halnya dengan injektor bertipe MPI, singkatan MPI sendiri bervariatif tergantung masing-masing manufaktur yang menggunakannnya seperti Multi Point Injection atau Multi Port Injection. Prinsip kerjanya mengandalkan sebuah nosel injektor terpisah, di luar intake port setiap silinder dengan beberapa lubang berdiameter tertentu pada injektor tergantung kebutuhan suplai bahan bakar.
“Biasanya setiap silinder mesin dengan MPI akan dilayani suplai bahan bakarnya oleh satu buah injektor. Saat ini seluruh line-up Suzuki mobil di Indonesia sudah menggunakan sistem Multi Point Injection (MPI),” terang Totok Yulianto, Service 4W Technical & Quality Group Head PT. Suzuki Indomobil Sales.
Konfigurasi Mesin
Mesin mobil memiliki tipe/ konfigurasi piston yang berbeda-beda dari jaman dahulu hingga sekarang. Tentunya kita sering mendengar istilah mesin ‘V’ ‘flat’ ‘segaris atau inline’ hingga ‘rotary’. Nah, apa sih pengertiannya?
Yang paling umum dijumpai adalah mesin segaris atau inline, yakni mesin yang silindernya memiliki posisi bersebelahan dan membutuhkan satu cabang silinder dan crankshaft. Mesin ini juga hanya membutuhkan jumlah cylinder head dan camshaft yang lebih sedikit.
Berbeda dengan mesin segaris, mesin flat atau yang juga dikenal dengan istilah mesin boxer, memiliki silinder dalam posisi tidur atau horizontal.
“Keuntungannya ada pada torsi yang lebih besar karena desainnya tidak melawan gravitasi seperti mesin segaris, namun kekurangannya tidak bisa high rev. Meski demikian para pemiliknya dapat mengakalinya dengan konfigurasi gear ratio untuk performa yang lebih baik,” jelas Regi lagi.
Adapun mesin dengan konfigurasi mesin ‘V’, dinamai mesin V karena memang susunan silindernya menyerupai huruf tersebut.
“Keuntungan mesin ini dengan rpm rendah, tenaganya sudah besar, mesin lebih halus dengan pembakaran yang lebih sempurna,” ujar Galih Laksono, pemilik workshop G Speed Indonesia di bilangan Antasari, Jaksel.
Yang fenomenal adalah mesin rotary, mesin yang diciptakan tanpa membutuhkan kinerja camshaft dan klep ini memang terkenal boros bbm dengan emisi yang juga tinggi, namun di sisi lain proses pembakaran 3 sisi rotornya juga menghasilkan tenaga yang besar.
“Misalnya pada mesin 13B milik Mazda RX-7, meski kapasitasnya hanya 600 cc, namun berkat proses mekanisme pembakarannya yang simpel, dapat menghasilkan tenaga yang berlipat dengan perbandingan 3 kali rotasi untuk rotor dan 1 kali rotasi untuk piston,” terang Martin Togar dari AMB Racing, Jaktim.
Tenaga Induksi
Seiring teknologi yang berkembang pesat, manufaktur kendaraan pun melakukan improvisasi pada penambah tenaga induksi pada mesin kendaraan. Seperti aplikasi motor elektrik yang tidak hanya menambah tenaga, namun juga meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Prinsip kerja motor elektrik diimplementasikan oleh produsen otomotif untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, yang dapat beroperasi selama terdapat cadangan penyimpanan energi seperti baterai.
Sedangkan turbocharger adalah sebuah kompresor sentrifugal yang mendapat daya dari turbin, sumber tenaganya berasal dari gas buang kendaraan, yang bertujuan menyuplai udara dingin secara signifikan ke dalam ruang bakar, untuk menghasilkan performa mesin yang lebih baik.
Berbeda dengan turbocharger, perangkat induksi supercharger mengandalkan putaran tenaga mesin lewat puli.
“Meski tujuannya sama-sama meningkatkan efisiensi volumetrik di dalam ruang bakar, supercharger memiliki kelemahan yaitu seperti ‘parasit’, ia membutuhkan sepertiga tenaga crankshaft untuk pengoperasiannya,” jelas Tri Waskito, Service Head Auto 2000 Cimone, Tangerang.
Baca Original Artikel