POPULAR STORIES

Nahas, Datsun Jadi Merek Yang Mati Dua Kali Di Indonesia

Nahas, Datsun Jadi Merek yang Mati Dua Kali di Indonesia Foto: Kipli

KabarOto.com - Datsun, merek yang sempat melegenda di Indonesia pada awal 1970-an hingga 1980-an memang banyak dikenal oleh masyarakat akan ketangguhan performanya. Hal tersebut juga dibuktikan di ajang balap ketika banyak yang menggunakan tipe 160J SSS dengan kaki-kaki independen dan karburator SU yang canggih di zamannya, belum lagi tipe 510 yang jadi incaran kolektor dalam dan luar negeri.

Komunitas Datsun Jakarta (DJ) dibawah naungan Old Datsun Indonesia (ODI) masih eksis hingga sekarang (Foto: Kipli)

Sayang, reinkarnasinya pada era milenial, rupanya tak membuahkan hasil signifikan untuk kelangsungan hidup merek tersebut. Banyak yang menganggap mobil-mobil Datsun reborn hanya konsentrasi pada penjualan LCGC (Low Cost Green Car) yang bahkan tak mewariskan DNA mobil-mobil legendarisnya, seperti yang telah KabarOto sebutkan di atas.

Akhir tahun 2019, keterangan mundurnya Datsun dari bisnis otomotif di Indonesia justru datang dari Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika. Putu sudah mengonfirmasi kalau Datsun akan menghentikan produksi dan menjual mobil di dalam negeri terhitung mulai Januari 2020 sebelum akhirnya dikonfirmasi oleh pihak Nissan.

Baca Juga: Nissan Datsun Resmi Hentikan Produksi Di Indonesia, Bagaimana Layanan Dan Suku Cadangnya?

“Bisnis di industri otomotif itu persaingan sangat ketat. Harus banyak strategi yang harus dilakukan mulai produksi hingga melempar ke pasar." kata Putu. Penjualan Datsun pun tercatat makin menurun dari tahun ke tahun. Namun, pada peluncuran pertamanya 2014 hingga 2015, Datsun sempat meroket penjualannya dan membuat percaya diri.

Memasuki tahun 2015, Datsun masuk dalam peringkat mobil terlaris ke-enam di Indonesia. Tercatat mereka mampu menjual 29.358 unit untuk Datsun Go dan Go+ (periode Januari – Oktober). Sedangkan di 2016 terjual 25.483 unit, di 2017 terjual 10.484, di 2018 terjual 10.433 dan di 2019 hanya mampu menjual 5.921 unit, itu adalah perhitungan dalam periode Januari – Oktober.

Putu menjelaskan andaikan Datsun juga menggarap pasar ekspor maka merek ini masih bisa bernafas dalam menghadapi persaingan industri otomotif di Indonesia. Paling tidak bisa bertahan saat pasar otomotif nasional stagnan, pasar ekspor justru naik 28%.

Bila melihat dari data Gaikindo Januari-Oktober 2019, penjualan mobil nasional tercatat 849.609 unit, sedangkan tahun lalu untuk periode yang sama tercatat 962.735 unit. Untuk ekspor dalam bentuk utuh atau Completely Build Up (CBU) di Januari-Oktober 2019 tercatat 275.364 unit. Ini naik dari tahun lalu periode yang sama, 214.743 unit.

Wajar bila pemerintah terus menggaungkan ekspor untuk para pelaku industri otomotif di Indonesia. Ini untuk menjaga bila pasar nasional turun, ekspor naik 28% seperti tahun ini.

Menurut Putu langkah yang diambil Nissan adalah hal wajar yang disebabkan ketatnya persaingan. Karena penjualan tidak mencukupi untuk skala bisnis, mundur merupakan hal yang cukup tepat. “Karena skala produksi sama bisnis kan harus diperhitungkan,” pungkasnya.

Sejak kembali kemunculannya di Indonesia pada 2014, Datsun Indonesia fokus dengan pasar mobil harga terjangkau ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC). Saat itu mereka hanya mengandalkan Datsun Go dan Go+, belakangan meluncurkan Datsun Cross.

Baca juga: Ingin Pelihara Datsun Lawas? Yuk Kenali Seluk Beluk Mesinnya

Baca juga: Modifikasi Datsun 510 Mad Wagon Asal Tangerang Ini Jadi Buah Bibir Di Australia