POPULAR STORIES

Lamborghini Countach LPI 800-4 Ingin Menyatu Dengan Budaya Jepang

Lamborghini Countach LPI 800-4 Ingin Menyatu dengan Budaya Jepang Lamborghini Countach LPI 800-4 (Foto: Lamborghini)

KabarOto.com - Lamborghini Countach LPI 800-4 akhirnya mendarat di Jepang. Pengiriman pertama ke Negeri Matahari Terbit ini merupakan puncak dari perayaan supercar klasik Countach 25th Anniversary 1989. Di mana, Lamborghini juga ingin menekankan hubungan antara supercar dan budaya Jepang.

Diluncurkan tahun lalu, Lamborghini Countach LPI 800-4 disebut pabrikan supercar Italia sebagai 'penghormatan untuk warisan mulia Lamborghini'. Dengan powertrain V12 hybrid bertenaga 814 dk, supercar dapat meluncur dari 0-100 dalam waktu 2,8 detik.

Baca Juga : Pintu Tidak Bisa Terbuka Dari Luar, Lamborghini Huracan Ditarik Kembali

Versi modern dan klasiknya

Upacara pengiriman berlangsung di Warehouse Terrada di Tokyo. Alih-alih supercar dengan warna putih seperti yang dilihat berkali-kali, yang satu ini memiliki warna cat merah, sama dengan model 1989. Bahkan, supercar ini menggunakan pelek warna emas yang berbeda dari aslinya.

Francesco Scardaoni, Regional Director Automobili Lamborghini di Asia Pasifik mengaku sangat senang mempersembahkan Lamborghini Countach LPI 800-4 bersamaan dengan HUT ke-25 Countach 1989 kepada beberapa pihak di Jepang.

"Countach telah menjadi salah satu model Lamborghini paling populer sejak pertama kali diperkenalkan ke dunia lima dekade lalu," jelas dia.

Baca Juga : Tangan Dingin Novitec Bikin Lamborghini Huracan STO Berkelir Karbon

Tampilan belakang

Lamborghini menunjukkan bahwa Countach sebenarnya telah ditampilkan dalam komik Manga Jepang sejak tahun 1970-an. Kemudian pada tahun 2004, Manga dengan 28 volume yang disebut Countach menampilkan karakter utama yang bermimpi memiliki LP 400 klasik. Selama seri, ia mendapatkan mobil dan bertualang dengannya.

“Saat kami memulai pengiriman pertama Lamborghini Countach LPI 800-4 kepada pemiliknya di Jepang, kami berharap bahwa Countach akan terus memukau banyak orang saat berada di jalanan Jepang seperti yang telah terjadi selama lima puluh tahun terakhir," pungkas Scardoni.