Penurunan Kinerja Industri Otomotif di 2025: Kenaikan PPN serta Opsen Pajak jadi Tantangan Terbesar
KabarOto.com - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Setia Darta, memperkirakan penurunan kinerja industri otomotif pada 2025.
Menurutnya, berkaca ditahun sebelumnya penurunan ini diproyeksi mencapai Rp4,21 triliun, dengan dampak signifikan pada sektor backward linkage sebesar Rp4,11 triliun dan forward linkage sebesar Rp3,519 triliun.
Baca Juga: Relaksasi Pajak Dukung Pertumbuhan Industri Otomotif
Penurunan kinerja ini diprediksi berlanjut pada 2025, seiring implementasi kebijakan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dan penerapan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) serta bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).
Untuk menjaga keberlanjutan dan daya saing industri otomotif, Kementerian Perindustrian mengusulkan berbagai insentif, seperti PPnBM ditanggung pemerintah (DTP) untuk kendaraan hybrid sebesar 3%, serta insentif PPN DTP 10% untuk kendaraan listrik.
Setia Darta menyebutkan, sebanyak 25 provinsi telah menerbitkan regulasi relaksasi opsen PKB dan BBNKB, termasuk Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan DI Yogyakarta.

“Kebijakan ini diharapkan mampu mendukung keberlanjutan industri otomotif nasional serta menjaga daya saing di pasar domestik dan global,” ujarnya dalam acara diskusi bertajuk “Prospek Industri Otomotif 2025 dan Peluang Insentif dari Pemerintah” di Jakarta, Selasa (14/1/2025).
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menekankan pentingnya dukungan kebijakan pemerintah untuk mengatasi dampak opsen pajak kendaraan bermotor.
“Dukungan insentif dapat mendorong pertumbuhan industri kendaraan bermotor, meningkatkan penjualan, dan menggairahkan industri komponen, perbankan, serta lembaga pembiayaan,” katanya.

Gaikindo juga mengusulkan agar semua kendaraan berteknologi elektrifikasi, seperti HEV, PHEV, dan BEV, mendapatkan insentif sesuai kontribusinya dalam pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM).
“Perkembangan pasar xEV berpotensi meningkatkan pendalaman industri dan ekspor xEV,” tambah Kukuh.
Pengamat otomotif dari LPEM Universitas Indonesia, Riyanto, menyatakan perlunya intervensi cepat pada pasar mobil.
“Penguatan daya beli dan akselerasi pertumbuhan ekonomi menjadi solusi jangka panjang,” ujarnya.
Baca Juga: Pajak Naik 12 Persen, Industri Otomotif Hadapi Tantangan Besar di Tahun 2025
Berdasarkan hitungan LPEM, insentif PPnBM dapat meningkatkan kontribusi industri otomotif terhadap PDB hingga Rp194 triliun dengan PPnBM 0%, dibandingkan skema business as usual Rp168 triliun.
Insentif ini juga berpotensi menambah 23.221 tenaga kerja di sektor otomotif.
Riyanto mengusulkan agar PPnBM mobil murah dikembalikan ke 0% dan mempertimbangkan insentif untuk mobil pertama, lokalisasi, ekspor, dan penelitian serta pengembangan (litbang).
Baca Original Artikel