Test Ride - New Ducati Monster 821 2019, Si Legendaris Pengabdi Torsi

Kipli Rabu, 10 Juli 2019

KabarOto.com - Nama besar Ducati dipertaruhkan setiap produk barunya muncul. Kali ini, pabrikan moge asal Italia itu kembali memasarkan naked bike legendaris yang muncul di awal 1990-an yakni Ducati Monster 821.

Ya, motor dengan rangka teralis yang dipasarkan oleh Ducati Indonesia di tahun 2019 ini memang tak ubahnya seperti generasi sebelumnya. Berotot, tangki lebar dan panjang, knalpot berdimensi besar dan suara mesin L-Twin yang buas dan kaya akan torsi.

Entah mengapa, impresi pertama yang muncul ketika sampai di Ducati Indonesia untuk peminjaman unit review, KabarOto langsung teringat dengan desain Ducati 1100 Evo yang juga sempat kami cicipi.

Baca Juga: Test Ride - Kencan Seminggu Dengan Royal Enfield Classic 500

Mungkin saja karena siluet dari 821 terbaru ini memang sepintas terlihat mirip dengan milik 1100 Evo, hanya saja unit ini terlihat lebih ringkas dan masih memakai desain swing arm konvensional, bukan mono arm seperti 1100 Evo.

Model lampu sein pun dibuat berbeda dibanding 821 generasi sebelumnya, yakni lebih tinggi dari posisi headlamp. Headlamp-nya sendiri, sudah mengadopsi lampu senja dengan LED meski lampu utamanya masih menggunakan bohlam konvensional.

Menduduki jok motor ini, kesan bulky dari tangki bensin memang sedikit mengganggu dengan postur tubuh rata-rata orang Asia, tangan harus menjulur ke kemudi, otomatis badan harus lebih condong ke depan.

Baca Juga: Test Ride - Menjinakkan Moge MV Agusta F3 800

Untuk test rider KabarOto dengan tinggi 187 cm, tentu hal tersebut bukan masalah. Justru awalnya masalah muncul pada kaki yang menekuk, akibat jok yang tergolong rendah dengan tinggi badan tersebut. Untungnya, jok Monster 821 bisa di-adjust dengan bantalan yang dapat dibongkar pasang dengan mudah. Setelah terpasang dengan bantalan peninggi, kaki test rider pun aman menapak dengan ideal.

Asyiknya, moge ini punya 3 jenis riding mode yang bisa disesuaikan. Tinggal menekan tombol Enter di layar TFT, pilih mode Urban langsung bikin motor ini cocok untuk jalan di dalam kota. Saat KabarOto pindah ke mode Touring ketika pengetesan malam hari di kawasan BSD, Tangerang yang sudah mulai lengang. Tenaga yang tadinya jinak, relatif berubah menjadi terbuka sekitar 90% untuk dibawa agak kencang.

Menjajal mode Sport, test rider KabarOto coba mengeluarkan potensi mesin Testastretta 11 derajat bertenaga 109 dk di kawasan kosong BSD, Tangerang kurang lebih berjarak 2 km. Nah, perlu diingat, karakter moge yang satu ini tak akan keluar potensinya jika hanya digeber setengah-setengah. Maka, dengan jarak tersebut, kami mendapatkan angka 201 kpj dari klaim kecepatan maksimum di angka 225 kpj, sebelum akhirnya menyentuh braking point.

Baca Juga: Test Ride - Seminggu Kencan Dengan MV Agusta F4R

Oh iya, rider pemula tak terlalu disarankan pakai mode Sport di jalanan padat, selain kopling bakal sering menyentak ketika dilepas, torsi sebesar 86 Nm-nya terbilang agak buas jika dibandingkan kompetitornya. Ya, kecuali jika Sobat KabarOto sudah terbiasa dengan moge dan sering track day.

Saat mengerem di braking point, performa yang disuguhkan 2 kaliper dengan 4 piston dari Brembo di bagian depan terbilang impresif. Namun memang saat city cruising rem terasa terlalu pakem bagi mereka yang belum terbiasa. Memang logikanya lebih baik rem pakem ketimbang rem blong.

Selain pengereman, suspensi upside down dari SACHS dengan diameter gambot (43 mm) di bagian depan bahkan belakang punya performa yang baik pula. Speed trap yang biasa test rider lewati hampir tak terasa, sehingga badan pun tak perlu ikut bergetar hebat.

Baca Juga: Menikmati Petualangan 2 Alam 368 Kilometer Dengan Honda CRF 250 Rally

Monster 821 ini juga terbilang 'penurut' diajak cornering sekalipun. Meski suspensi empuk, bukan berarti motor tak rigid, buktinya waktu test rider menikung tak ada gejala wobbling sama sekali.

Kalau sudah punya motor seperti ini, memang relatif jarang yang mementingkan konsumsi BBM, namun menurut perhitungan kami dengan metode full-to-full, motor ini punya konsumsi 12,8 km/ liter.

Baca Juga: Test Ride - KTM Duke 390, Street Fighter Rasa Supermoto

Sedangkan kalau sesekali 'nakal' bejek gas, motor ini punya konsumsi 8,3 km/ liter. Boros? Mungkin karena kebetulan unit review yang kami dapat sudah pakai full exhaust system aftermarket dan ECU yang sudah di-upgrade. Asyik juga dengar exhaust popping ketika deselerasi, loh!

Harganya dibanderol di atas Rp 480 juta. Ssst...! tapi Ducati Indonesia lagi ada promo loh, jadi buat kalian yang sudah lama mengincar motor ini, buruan sikat deh mumpung ada diskon. Lumayan ada tabungan buat beli aksesorinya.

Mesin
  • 821 cc
  • 2 Silinder
  • Tenaga 109 dk @ 9.250 rpm
  • Torsi 86 Nm @ 7.750 rpm
  • 4 Valves per Cylinder
  • Electronic Fuel Injection
  • Liquid Cooled
Dimensi
  • Kapasitas Tangki BBM 16.5 Liter
  • Bobot 206 kg
  • Panjang 2.170 mm
  • Lebar 800 mm
  • Tinggi 1.055 mm
  • Sumbu Roda 1.480 mm
Sasis dan Suspensi
  • Tipe sasis Tubular steel Trellis frame Linked to cylinders heads
  • Suspensi depan Upside Down 43mm Forks
  • Suspensi belakang Progressive Linkage With Adjustable Monoshock, Aluminium Double-sided Swingarm
Pelek dan Ban
  • Ukuran Pelek 17 inches
  • Bahan baku pelek: besi baja
  • Ban depan 120/70 ZR 17 Pirelli Diablo Rosso II
  • Ban belakang 180/55 ZR17 Pirelli Diablo Rosso II
Rem
  • Rem dual disc ABS
  • Depan piringan berukuran 320 mm
  • Belakang piringan berukuran 245 mm

Bagikan

Baca Original Artikel