Bassa Suseno: Naik Motor Tak Bersuara, Itu Keren!

Ballian Siregar Sabtu, 16 September 2017

Kabaroto.com- Mindset atau pandangan kebanyakan orang kalau naik motor tapi tak bersuara, itu tak keren, sebenarnya salah. Padahal, itu sangat asyik dan menenangkan.

Selain itu, menggunakan motor listrik sangat irit dan ramah lingkungan. Bahkan, kalau dihitung dengan rupiah, biaya 'bahan bakar' yang harus dikeluarkan sekitar Rp18 per kilometer.

Baca Juga:

"Harusnya pemakai motor listrik dikasi insentif. Sekarang pemerintah kan lagi menggalakkan kendaraan ramah lingkungan," kata Bassa Suseno, Direktur PT Jaya Mimika Lestari, distributor Japan Electric Vehicle, di kantornya, bilangan Kepala Gading, Jakarta Utara, beberapa waktu.

Bassa lalu mengambil kalkulator untuk membuktikan menggunakan motor listrik jauh lebih hemat dibanding mengendarai motor konvensional.

"Coba kita hitung motor listrik 48 volt, atau sekitar 0,6 Kwh, bisa menempuh jarak kira-kira 50 Km. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp900 untuk jarak tempuh 50 kilometer. Jadi, Rp18 sekilo," jelas Bassa Suseno.

Lalu bandingkan dengan motor konvensional yang rata-rata butuh 1 liter pertalite untuk jarak tempuh 35 kilomter. Untuk sampai jarak tempuh 50 kilomter, dibutuhkan setidaknya 2 liter. Uang yang harus dirogoh sekitar Rp15 ribu, sedangkan motor listrik cuma Rp900.

"Belum lagi jalan macet, jadi perbandingan 1:35 menjadi tidak akurat karena bahan bakar tetap terpakai walaupun kendaraan berhenti," kata Bassa.

Tapi, tidak demikian dengan motor listrik. Kalau ketahanan baterai 50 kilometer, pasti pas 50 kilomter. Sebab, saat jalan macet atau berhenti di lampu merah misalnya, tidak ada pembakaran karena secara otomatis listrik motor mati.

Namun, Bassa mengungkapkan, jalan mendaki ideal untuk motor listrik hanya sekitar 10 derajat. "Di atas itu tentu ada tambahan pembakaran. Jadi, normal ketinggian jalan 10 derajat, di atas itu pemakaian listrik jadi naik. Tidak jadi 50 Km lagi."

Setrum listrik juga tak masalah. PLN saat ini sudah membangun SPLU di banyak titik, khususnya Ibukota, sehingga bisa recharge bila daya listrik berkurang.

Bassa juga mengungkapkan, target penjualan motor listrik sebenarnya untuk anak sekolah dan ibu rumah tangga. "Anak SMP misalnya, kan belum punya SIM. Jadi, mereka bisa makai motor listrik," kata dia.

Di negara asalnya, Jepang, lanjut Bassa, motor listrik juga banyak digunakan untuk deliveriy (motor box). "Sangat irit, tak perlu bayar parkir karena sama dengan sepeda," kata dia.

Bagikan

Baca Original Artikel