POPULAR STORIES

Mahasiswa Pencipta Kendaraan Masa Depan Lahir Dari Ajang Ini

Mahasiswa Pencipta Kendaraan Masa Depan Lahir dari Ajang Ini Kendaraan listrik buatan mahasiswa Indonesia

KabarOto.com - Kendaraan ramah lingkungan saat ini sedang difokuskan oleh Indonesia untuk terus dikembangkan. Generasi muda Indonesia di berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri didorong mengembangkan kendaraan ramah lingkungan.

Shell Eco marathon yang digelar setiap tahun memiliki peran penting dalam menginspirasi generasi muda Indonesia sebagai calon pemimpin masa depan. Mereka bisa melakukan eksperimen dengan cerdas dan kreatif, dalam mencari solusi menciptakan kendaraan masa depan.

Baca Juga: Harumkan Nama Indonesia, Mahasiswa Universitas Brawijaya Menjuarai Spirit Of Shell Eco-marathon

President Director & Country Chair Shell Indonesia Dian Andyasuri mengatakan, dalam perjalanan 10 tahun partisipasi Indonesia di Shell Eco Marathon, peningkatan jumlah mahasiswa yang ikut lebih dari 200%. Dan, jumlah partisipasi kampus dari awalnya hanya 4 pada tahun 2010 kini menjadi lebih dari 25 institusi pendidikan tahun ini.

3 mobil hemat energi tim mahasiswa Indonesia yang mewakili Asia di Global Drivers World Championship 2018 yaitu Garuda UNY Team, ITS Sapuangin dan Semar Urban UGM

"Event ini sudah menjadi wadah bagi mahasiswa teknik, bisnis, manajemen dan lainnya untuk bisa berkolaborasi mewujudkan inovasi," terangnya dalam jumpa pers virtual, Jum'at (04/12).

Awalnya hanya 9 team yang berpartisipasi dalam kategori internal combustion atau mesin pembakaran dalam dengan bahan bakar bensin, diesel, ethanol dan gas alam terkompresi. Pada tahun 2020 ini tumbuh menjadi 16 team, untuk kategori internal combustion dan 15 team dengan kategori mobil listrik dan hydrogen fuel cell.

Baca Juga: Melalui Aplikasi Share, Mitra Shell Lubricant Bisa Akses Informasi Hingga Transaksi Online

Tak hanya itu, prestasi mahasiswa Indonesia juga ditampilkan dalam ajang Drivers’ World Championship (DWC), mewakili regional Asia. Bahkan, pada kesempatan yang berbeda tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Keduanya meraih gelar juara mengalahkan tim pesaing dari Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa lainnya.